قُلْ
|
ۗعَنِ الْمَحِيْضِ
|
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ
|
katakanlah
|
tentang haid
|
dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad)
|
النِّسَاۤءَ
|
فَاعْتَزِلُوا
|
هُوَ اَذًىۙ
|
istri
|
maka, jauhilah
|
itu adalah sesuatu yang kotor
|
ۚحَتّٰى يَطْهُرْنَ
|
وَلَا تَقْرَبُوْهُنَّ
|
فِى الْمَحِيْضِۙ
|
hingga mereka suci
|
dan jangan kamu dekati mereka
|
pada waktu haid
|
مِنْ حَيْثُ
|
فَأْتُوْهُنَّ
|
فَاِذَا تَطَهَّرْنَ
|
sesuai dengan (ketentuan)
|
campurilah mereka
|
apabila mereka telah suci |
يُحِبُّ
|
اِنَّ اللّٰهَ
|
ۗاَمَرَكُمُ اللّٰهُ
|
menyukai
|
sesungguhnya Allah
|
yang diperintahkan Allah kepadamu
|
الْمُتَطَهِّرِيْنَ ٢٢٢
|
وَيُحِبُّ
|
التَّوَّابِيْنَ
|
orang yang menyucikan diri
|
dan menyukai
|
orang yang bertobat
|
222. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah suatu kotoran.”*) Maka, jauhilah para istri (dari melakukan hubungan intim) pada waktu haid dan jangan kamu dekati mereka (untuk melakukan hubungan intim) hingga mereka suci (habis masa haid). Apabila mereka benar-benar suci (setelah mandi wajib), campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.
65) Haid adalah darah yang keluar bersama jaringan yang dipersiapkan untuk pembuahan di rahim perempuan. Keluarnya secara periodik, sesuai dengan periode pelepasan sel telur ke rahim. Kondisi seperti itu yang dianggap kotor dan menjadikan perempuan tidak suci secara syar‘i, termasuk tidak suci untuk digauli suaminya.
|
Qur'an Per Kata Surat Al-Baqarah Ayat 222-228 foto: https://www.instagram.com/p/CnJL3hSrf0B/ |
ۖلَّكُمْ
|
حَرْثٌ
|
نِسَاۤؤُكُمْ
|
bagimu
|
(adalah) ladang
|
istrimu
|
ۖاَنّٰى شِئْتُمْ
|
حَرْثَكُمْ
|
فَأْتُوْا
|
kapan saja dengan cara yang kamu sukai
|
ladangmu itu
|
maka, datangilah
|
وَاتَّقُوا اللّٰهَ
|
ۗلِاَنْفُسِكُمْ
|
وَقَدِّمُوْا
|
bertakwalah kepada Allah
|
untuk dirimu
|
dan utamakanlah (yang baik) |
ۗمُّلٰقُوْهُ
|
اَنَّكُمْ
|
وَاعْلَمُوْٓا
|
(kelak) akan menghadap kepada-Nya
|
bahwa kamu
|
dan ketahuilah
|
الْمُؤْمِنِيْنَ ٢٢٣
|
وَبَشِّرِ
|
kepada orang-orang mukmin
|
dan sampaikanlah kabar gembira
|
223. Istrimu adalah ladang bagimu.*) Maka, datangilah ladangmu itu (bercampurlah dengan benar dan wajar) kapan dan bagaimana yang kamu sukai. Utamakanlah (hal yang terbaik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menghadap kepada-Nya. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin.
66) Istri diumpamakan sebagai ladang, tempat menanam benih. Maka, tanamlah benih itu sesuai waktu yang disukai.
عُرْضَةً
|
وَلَا تَجْعَلُوا اللّٰهَ
|
(sebagai) penghalang
|
dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah
|
اَنْ تَبَرُّوْا
|
لِّاَيْمَانِكُمْ
|
untuk berbuat baik
|
dalam sumpahmu
|
بَيْنَ النَّاسِۗ
|
وَتُصْلِحُوْا
|
وَتَتَّقُوْا
|
di antara manusia
|
dan menciptakan kedamaian
|
dan bertakwa
|
عَلِيْمٌ ٢٢٤
|
سَمِيْعٌ
|
وَاللّٰهُ
|
Maha Mengetahui
|
Maha Mendengar
|
dan Allah
|
224. Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang dari berbuat baik, bertakwa, dan menciptakan kedamaian di antara manusia. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
فِيْٓ اَيْمَانِكُمْ
|
بِاللَّغْوِ
|
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ
|
dalam sumpahmu
|
karena ketidaksengajaan |
Allah tidak menghukummu
|
ۗقُلُوْبُكُمْ
|
بِمَا كَسَبَتْ
|
وَلٰكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ
|
(dalam) hatimu
|
karena niat yang terkandung
|
tetapi Dia menghukummu
|
حَلِيْمٌ ٢٢٥
|
غَفُوْرٌ
|
وَاللّٰهُ
|
Maha Penyantun
|
Maha Pengampun
|
dan Allah
|
225. Allah tidak menghukummu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia menghukummu karena sumpah yang diniatkan oleh hatimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.*)
*) Allah Swt. Maha Penyantun (halīm) berarti tidak segera menyiksa orang yang berbuat dosa.
مِنْ نِّسَاۤىِٕهِمْ
|
يُؤْلُوْنَ
|
لِلَّذِيْنَ
|
istrinya
|
meng-ila’
|
bagi orang yang
|
فَاِنْ فَاۤءُوْ
|
تَرَبُّصُ اَرْبَعَةِ اَشْهُرٍۚ
|
kemudian jika mereka kembali
|
harus menunggu empat bulan
|
رَّحِيْمٌ ٢٢٦
|
غَفُوْرٌ
|
فَاِنَّ اللّٰهَ
|
Maha Penyayang
|
Maha Pengampun
|
maka sesungguhnya Allah
|
226. Orang yang meng-ila’ (bersumpah tidak mencampuri) istrinya diberi tenggang waktu empat bulan. Jika mereka kembali (mencampuri istrinya), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
الطَّلَاقَ
|
وَاِنْ عَزَمُوا
|
untuk bercerai
|
dan jika mereka berketetapan hati
|
عَلِيْمٌ ٢٢٧
|
سَمِيْعٌ
|
فَاِنَّ اللّٰهَ
|
Maha Mengetahui
|
Maha Mendengar
|
maka sesungguhnya Allah
|
227. Jika mereka berketetapan hati untuk bercerai, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
بِاَنْفُسِهِنَّ
|
يَتَرَبَّصْنَ
|
وَالْمُطَلَّقٰتُ
|
diri mereka (menunggu)
|
(wajib) menahan
|
dan para istri yang diceraikan |
لَهُنَّ
|
وَلَا يَحِلُّ
|
ثَلٰثَةَ قُرُوْۤءٍۗ
|
bagi mereka
|
dan tidak boleh
|
tiga kali qurū’
|
فِيْٓ اَرْحَامِهِنَّ
|
مَا خَلَقَ اللّٰهُ
|
اَنْ يَّكْتُمْنَ
|
dalam rahim mereka
|
apa yang diciptakan Allah
|
menyembunyikan
|
بِاللّٰهِ
|
يُؤْمِنَّ
|
اِنْ كُنَّ
|
kepada Allah
|
beriman
|
jika mereka
|
اَحَقُّ
|
وَبُعُوْلَتُهُنَّ
|
وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ
|
lebih berhak
|
dan suami mereka
|
dan hari Akhir
|
اِنْ اَرَادُوْٓا
|
فِيْ ذٰلِكَ
|
بِرَدِّهِنَّ
|
jika mereka menghendaki
|
dalam (masa) itu
|
kembali kepada mereka
|
مِثْلُ الَّذِيْ
|
وَلَهُنَّ
|
ۗاِصْلَاحًا
|
hak seimbang dengan |
dan mereka (para perempuan) mempunyai |
perbaikan
|
وَلِلرِّجَالِ
|
بِالْمَعْرُوْفِۖ
|
عَلَيْهِنَّ
|
(tetapi), para suami mempunyai
|
menurut cara yang patut
|
kewajibannya
|
وَاللّٰهُ
|
ۗدَرَجَةٌ
|
عَلَيْهِنَّ
|
dan Allah
|
kelebihan
|
di atas mereka
|
حَكِيْمٌ ࣖ ٢٢٨
|
عَزِيْزٌ
|
Mahabijaksana
|
Mahaperkasa
|
228. Para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali qurū’ (suci atau haid). Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahim mereka, jika mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir. Suami-suami mereka lebih berhak untuk kembali kepada mereka dalam (masa) itu, jika mereka menghendaki perbaikan. Mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut. Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan atas mereka. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
No comments