Home
Al-Quran
arti
bacaan
terjemah
Terjemah Perkata
tulisan Arab
Qur'an Per Kata Surat An-Nisā' Ayat 43-50
11.10.23

Qur'an Per Kata Surat An-Nisā' Ayat 43-50

لَا تَقْرَبُوا

اٰمَنُوْا

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ

janganlah kamu mendekati

beriman

wahai orang-orang yang  

سُكٰرٰى

وَاَنْتُمْ

الصَّلٰوةَ

(dalam keadaan) mabuk 

(ketika) kamu 

salat

وَلَا جُنُبًا

مَا تَقُوْلُوْنَ

حَتّٰى تَعْلَمُوْا

dan jangan pula (menghampiri masjid ketika) junub

apa yang kamu ucapkan 

sampai kamu sadar 

 ۗحَتّٰى تَغْتَسِلُوْا

سَبِيْلٍ

اِلَّا عَابِرِيْ

sebelum kamu mandi (mandi junub)

jalan(saja)

 kecuali sekadar melewati 

اَوْ عَلٰى سَفَرٍ

مَّرْضٰٓى

وَاِنْ كُنْتُمْ

atau sedang dalam perjalanan

 sakit

adapun jika kamu

مِّنْكُمْ

اَحَدٌ

اَوْ جَاۤءَ

dari kamu 

seseorang 

atau sehabis datang

النِّسَاۤءَ

اَوْ لٰمَسْتُمُ

مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ

perempuan

atau kamu telah menyentuh 

 dari buang air

فَتَيَمَّمُوْا

مَاۤءً

فَلَمْ تَجِدُوْا

maka bertayamumlah kamu

air

mendapat

فَامْسَحُوْا

طَيِّبًا

صَعِيْدًا

usaplah


 yang baik (suci)

(dengan) debu

اِنَّ اللّٰهَ كَانَ

 ۗوَاَيْدِيْكُمْ

بِوُجُوْهِكُمْ

sungguh, Allah

dan tanganmu (dengan debu itu)

 wajahmu 

غَفُوْرًا

عَفُوًّا

 Maha Pengampun

 Maha Pemaaf 

Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā taqrabuṣ-ṣalāta wa antum sukārā ḥattā ta‘lamū mā taqūlūna wa lā junuban illā ‘ābirī sabīlin ḥattā tagtasilū, wa in kuntum marḍā au ‘alā safarin au jā'a aḥadum minkum minal-gā'iṭi au lāmastumun-nisā'a falam tajidū mā'an fa tayammamū ṣa‘īdan ṭayyiban famsaḥū biwujūhikum wa aidīkum, innnallāha kāna ‘afuwwan gafūrā(n).
ayat 43. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendekati salat, sedangkan kamu dalam keadaan mabuk sampai kamu sadar akan apa yang kamu ucapkan dan jangan (pula menghampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub, kecuali sekadar berlalu (saja) sehingga kamu mandi (junub). Jika kamu sakit, sedang dalam perjalanan, salah seorang di antara kamu kembali dari tempat buang air, atau kamu telah menyentuh perempuan,*) sedangkan kamu tidak mendapati air, maka bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci). Usaplah wajah dan tanganmu (dengan debu itu). Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

*) Menurut jumhur, kata menyentuh pada ayat ini adalah bersentuhan kulit, sedangkan sebagian mufasir mengartikannya sebagai berhubungan suami istri.


اِلَى الَّذِيْنَ

اَلَمْ تَرَ

orang yang 

tidakkah kamu memperhatikan 

مِّنَ الْكِتٰبِ

نَصِيْبًا

اُوْتُوْا

 Kitab (Taurat)

bagian 

telah diberi 

وَيُرِيْدُوْنَ

الضَّلٰلَةَ

يَشْتَرُوْنَ

 dan mereka menghendaki

kesesatan

mereka membeli 

السَّبِيْلَۗ

اَنْ تَضِلُّوا

(dari) jalan (yang benar)

 agar kamu tersesat (menyimpang) 

Alam tara ilal-lażīna ūtū naṣībam minal-kitābi yasytarūnaḍ-ḍalālata wa yurīdūna an taḍillus-sabīl(a).
ayat 44. Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah diberi bagian (pengetahuan) dari Kitab (Taurat)? Mereka membeli kesesatan dan menghendaki agar kamu tersesat dari jalan (yang benar).

 

 ۗبِاَعْدَاۤىِٕكُمْ

اَعْلَمُ

وَاللّٰهُ

tentang musuh-musuhmu

lebih mengetahui

dan Allah 

 ۙوَلِيًّا

بِاللّٰهِ

وَكَفٰى

(menjadi) pelindung

Allah 

cukuplah 

نَصِيْرًا

بِاللّٰهِ

وَّكَفٰى

(menjadi) penolong (bagimu)

 Allah 

cukuplah

Wallāhu a‘lamu bi'a‘dā'ikum, wa kafā billāhi waliyyaw wa kafā billāhi naṣīrā(n).
ayat 45. Allah lebih tahu (daripada kamu) tentang musuh-musuhmu. Cukuplah Allah menjadi pelindung dan cukuplah Allah menjadi penolong (kamu).

 

يُحَرِّفُوْنَ

هَادُوْا

مِنَ الَّذِيْنَ

yang mengubah 

Yahudi 

(yaitu) di antara orang

وَيَقُوْلُوْنَ

عَنْ مَّوَاضِعِهٖ

الْكَلِمَ

dan mereka berkata

dari tempat-tempatnya

perkataan

وَاسْمَعْ

وَعَصَيْنَا

سَمِعْنَا

dan (mereka juga berkata), dengarkanlah

(tetapi) kami tidak mau menurutinya

kami mendengar 

لَيًّاۢ

وَّرَاعِنَا

غَيْرَ مُسْمَعٍ

dengan memutarbalikkan 

(mereka berkata) rā‘inā

sedang (engkau Muhammad) tidak mendengar apa pun

فِى الدِّيْنِۗ

وَطَعْنًا

بِاَلْسِنَتِهِمْ

agama

dan mencela 

lidahnya 

سَمِعْنَا

قَالُوْا

وَلَوْ اَنَّهُمْ

kami mendengar 

mengatakan

sekiranya mereka 

وَانْظُرْنَا

وَاسْمَعْ

وَاَطَعْنَا

 dan perhatikanlah kami

dan dengarkan

dan patuh

لَّهُمْ

خَيْرًا

لَكَانَ

 bagi mereka 

 lebih baik

tentulah itu

وَلٰكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ

وَاَقْوَمَۙ

 tetapi  Allah melaknat mereka 

dan lebih tepat

اِلَّا قَلِيْلًا

فَلَا يُؤْمِنُوْنَ

بِكُفْرِهِمْ

kecuali sedikit sekali

mereka tidak beriman

karena kekafiran mereka 

Minal-lażīna hādū yuḥarrifūnal-kalima ‘am mawāḍi‘ihī wa yaqūlūna sami‘nā wa ‘aṣainā wasma‘ gaira musmi‘iw wa rā‘inā layyam bi'alsinatihim wa ṭa‘nan fid-dīn(i), wa lau annahum qālū sami‘nā wa aṭa‘nā wasma‘ wanẓurnā lakāna khairal lahum wa aqwam(a), wa lākil la‘anahumullāhu bikufrihim falā yu'minūna illā qalīlā(n).
ayat 46. Di antara orang-orang Yahudi ada yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami membangkang.” (Mereka mengatakan pula,) “Dengarkanlah,” sedangkan (engkau Nabi Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. (Mereka mengatakan,) rā‘inā*) dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela agama. Seandainya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh. Dengarkanlah dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat. Akan tetapi, Allah melaknat mereka karena kekufurannya. Mereka tidak beriman, kecuali sedikit sekali.
*) Rā‘inā berarti ‘perhatikanlah kami’. Akan tetapi, orang Yahudi memelesetkan ucapannya sehingga menjadi ru‘ūnah yang berarti ‘bodoh sekali’ sebagai ejekan kepada Rasulullah. Oleh karena itu, Allah Swt. menyuruh para sahabat untuk memakai kata unẓurnā sebagai ganti kata rā‘inā karena keduanya mempunyai makna yang sama.

 

الْكِتٰبَ

اُوْتُوا

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ

Kitab

 telah diberi 

wahai orang-orang yang

مُصَدِّقًا

بِمَا نَزَّلْنَا

اٰمِنُوْا

yang membenarkan

kepada (Al-Qur’an) yang telah kami turunkan

berimanlah kamu 

مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّطْمِسَ

لِّمَا مَعَكُمْ

sebelum Kami mengubah 

 Kitab yang ada pada kamu 

عَلٰٓى اَدْبَارِهَآ

فَنَرُدَّهَا

وُجُوْهًا

 ke belakang

lalu Kami putar

wajah-wajah(-mu)

 ۗاَصْحٰبَ السَّبْتِ

كَمَا لَعَنَّآ

اَوْ نَلْعَنَهُمْ

orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabat (Sabtu)

sebagaimana Kami melaknat 

atau Kami laknat mereka 

مَفْعُوْلًا

وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ

pasti berlaku

dan ketetapan Allah 

Yā ayyuhal-lażīna ūtul-kitāba āminū bimā nazzalnā muṣaddiqal limā ma‘akum min qabli an naṭmisa wujūhan fa naruddahā ‘alā adbārihā au nal‘anahum kamā la‘annā aṣḥābas-sabt(i), wa kāna amrullāhi maf‘ūlā(n).
ayat 47. Wahai orang-orang yang telah diberi Kitab, berimanlah pada apa yang telah Kami turunkan (Al-Qur’an) yang membenarkan Kitab yang ada padamu sebelum Kami mengubah wajah-wajah(-mu), lalu Kami putar ke belakang (sebagai penghinaan) atau Kami laknat mereka sebagaimana Kami melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabat (Sabtu). Ketetapan Allah (pasti) berlaku.

 

اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ

لَا يَغْفِرُ

اِنَّ اللّٰهَ

(dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik)

 tidak akan mengampuni 

sesungguhnya Allah

لِمَنْ

مَا دُوْنَ ذٰلِكَ

وَيَغْفِرُ

 bagi siapa yang 

 apa (dosa) yang selain (syirik) itu

dan Dia mengampuni

بِاللّٰهِ

يُّشْرِكْ

وَمَنْ

 ۚيَّشَاۤءُ

Allah 

mempersekutukan 

barangsiapa

Dia kehendaki

عَظِيْمًا

اِثْمًا

فَقَدِ افْتَرٰٓى

yang besar

dosa

maka sungguh, dia telah berbuat 

Innallāha lā yagfiru ay yusyraka bihī wa yagfiru mā dūna żālika limay yasyā'(u), wa may yusyrik billāhi fa qadiftarā iṡman ‘aẓīmā(n).
ayat 48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar.

 

يُزَكُّوْنَ

اِلَى الَّذِيْنَ

اَلَمْ تَرَ

menganggap suci

orang-orang yang 

tidakkah engkau memperhatikan 

يُزَكِّيْ

بَلِ اللّٰهُ

 ۗاَنْفُسَهُمْ

menyucikan 

sebenarnya Allah

 dirinya (yaitu Yahudi dan Nasrani)

فَتِيْلًا

وَلَا يُظْلَمُوْنَ

مَنْ يَّشَاۤءُ

sedikit pun

 dan mereka tidak dizalimi 

siapa yang Dia kehendaki

Alam tara ilal-lażīna yuzakkūna anfusahum, balillāhu yuzakkī may yasyā'u wa lā yuẓlamūna fatīlā(n).
ayat 49. Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci? Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.

 

يَفْتَرُوْنَ

كَيْفَ

اُنْظُرْ

mereka mengada-adakan

betapa 

perhatikanlah 

وَكَفٰى

الْكَذِبَۗ

عَلَى اللّٰهِ

dan cukuplah

 kebohongan

terhadap Allah

 ࣖمُّبِيْنًا

اِثْمًا

بِهٖٓ

yang nyata (bagi mereka)

menjadi dosa 

 perbuatan itu 

Unẓur kaifa yaftarūna ‘alallāhil-każib(a), wa kafā bihī iṡmam mubīnā(n).
ayat 50. Perhatikanlah betapa mereka mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka).

Sebelumnya <<<

>>> Selanjutnya

Ayat 34-42

Ayat 51-59

No comments