Qur'an Per Kata Surat Al-Mā'idah Ayat 101-108

لَا تَسْـَٔلُوْا

اٰمَنُوْا

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ

janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu)

beriman

wahai orang-orang yang

 ۚتَسُؤْكُمْ

اِنْ تُبْدَ لَكُمْ

عَنْ اَشْيَاۤءَ

(justru) menyusahkan kamu

jika diterangkan kepadamu

hal-hal yang

الْقُرْاٰنُ

حِيْنَ يُنَزَّلُ

وَاِنْ تَسْـَٔلُوْا عَنْهَا

Al-Qur’an

ketika sedang diturunkan

jika kamu menanyakannya

 ۗعَنْهَا

عَفَا اللّٰهُ

 ۗتُبْدَ لَكُمْ

tentang hal itu

Allah telah memaafkan (kamu)

(niscaya) akan diterangkan kepadamu

حَلِيْمٌ

غَفُوْرٌ

وَاللّٰهُ

Maha Penyantun

Maha Pengampun

dan Allah

Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā tas'alū ‘an asy-yā'a in tubda lakum tasu'kum, wa in tas'alū ‘anhā ḥīna yunazzalul-qur'ānu tubda lakum, ‘afallāhu ‘anhā, wallāhu gafūrun ḥalīm(un).
ayat 101. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu (niscaya) menyusahkan kamu. Jika kamu menanyakannya ketika Al-Qur’an sedang diturunkan, (niscaya) akan diterangkan kepadamu. Allah telah memaafkan (kamu) tentang hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

Qur'an Per Kata Surat Al-Mā'idah Ayat 101-108

مِّنْ قَبْلِكُمْ

قَدْ سَاَلَهَا قَوْمٌ

sebelum kamu

sungguh, segolongan manusia telah menanyakan hal-hal serupa itu (kepada nabi mereka)

كٰفِرِيْنَ

ثُمَّ اَصْبَحُوْا بِهَا

kafir

kemudian mereka menjadi

Qad sa'alahā qaumum min qablikum ṡumma aṣbaḥū bihā kāfirīn(a).
ayat 102. Sungguh, segolongan manusia sebelum kamu telah menanyakan hal-hal serupa itu (kepada nabi mereka), kemudian mereka menjadi kafir karenanya.

 

وَّلَا سَاۤىِٕبَةٍ

مِنْۢ بَحِيْرَةٍ

مَا جَعَلَ اللّٰهُ

dan sā’ibah

adanya baḥīrah

Allah tidak pernah mensyariatkan

وَّلٰكِنَّ

 ۙوَّلَا حَامٍ

وَّلَا وَصِيْلَةٍ

tetapi

dan ḥām

dan waṣīlah

يَفْتَرُوْنَ

كَفَرُوْا

الَّذِيْنَ

membuat-buat

kafir

orang-orang yang

لَا يَعْقِلُوْنَ

وَاَكْثَرُهُمْ

عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَۗ

tidak mengerti

dan kebanyakan mereka

kedustaan terhadap Allah

Mā ja‘alallāhu mim baḥīratiw wa lā sā'ibatiw wa lā waṣīlatiw wa lā ḥām(in), wa lākinnal-lażīna kafarū yaftarūna ‘alallāhil-każib(a), wa akṡaruhum lā ya‘qilūn(a).
ayat 103. Allah tidak pernah menetapkan sedikit pun (aturan) menyangkut baḥīrah,*) sā’ibah,*) waṣīlah, *) dan ḥām.*) Akan tetapi, orang-orang yang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah dan kebanyakan mereka tidak mengerti.
*) Baḥīrah adalah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang kelima itu jantan. Lalu, unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi, dan tidak boleh diambil air susunya.
*) Sā’ibah adalah unta betina yang dibiarkan pergi ke mana saja karena suatu nazar. Misalnya, jika orang Arab Jahiliah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, dia biasa bernazar akan menjadikan untanya sā’ibah jika maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat.
*) Menurut satu riwayat, waṣīlah adalah domba betina yang terlahir kembar dampit. Domba waṣīlah tidak boleh disembelih, sedangkan saudara kembarnya yang berkelamin jantan dipersembahkan pada berhala.
*) Ḥām adalah unta jantan yang tidak boleh diganggu-ganggu lagi karena telah dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali. Perlakuan terhadap baḥīrah, sā’ibah, waṣīlah, dan ḥām ini adalah kepercayaan Arab Jahiliah.


تَعَالَوْا

لَهُمْ

وَاِذَا قِيْلَ

marilah (mengikuti)

kepada mereka

dan apabila dikatakan

قَالُوْا

وَاِلَى الرَّسُوْلِ

اِلٰى مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ

mereka menjawab

dan (mengikuti) Rasul

apa yang diturunkan Allah

 ۗعَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا

مَا وَجَدْنَا

حَسْبُنَا

nenek moyang kami (mengerjakannya)

apa yang kami dapati

cukuplah bagi kami

لَا يَعْلَمُوْنَ

اَوَلَوْ كَانَ اٰبَاۤؤُهُمْ

(walaupun) nenek moyang mereka itu tidak mengetahui

apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka

وَّلَا يَهْتَدُوْنَ

شَيْـًٔا

dan tidak (pula) mendapat petunjuk

sesuatu pun

Wa iżā qīla lahum ta‘ālau ilā mā anzalallāhu wa ilar-rasūli qālū ḥasbunā mā wajadnā ‘alaihi ābā'anā, awalau kāna ābā'uhum lā ya‘lamūna syai'aw wa lā yahtadūn(a).
ayat 104. Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah mengikuti sesuatu yang Allah turunkan dan (mengikuti) Rasul,” mereka menjawab, “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati pada nenek moyang kami.” Apakah (mereka akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun mereka itu tidak mengetahui sesuatu pun dan tidak (pula) mendapat petunjuk?

 

 ۚعَلَيْكُمْ اَنْفُسَكُمْ

اٰمَنُوْا

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ

jagalah dirimu

beriman

wahai orang-orang yang

 ۗاِذَا اهْتَدَيْتُمْ

مَّنْ ضَلَّ

لَا يَضُرُّكُمْ

apabila kamu telah mendapat petunjuk

orang yang sesat itu

(karena) tidak akan membahayakanmu

جَمِيْعًا

مَرْجِعُكُمْ

اِلَى اللّٰهِ

semuanya

kamu akan kembali

hanya kepada Allah

تَعْمَلُوْنَ

بِمَا كُنْتُمْ

فَيُنَبِّئُكُمْ

kerjakan

apa yang telah kamu

kemudian Dia akan menerangkan kepadamu

Yā ayyuhal-lażīna āmanū ‘alaikum anfusakum, lā yaḍurrukum man ḍalla iżahtadaitum, ilallāhi marji‘ukum jamī‘an fa yunabbi'ukum bimā kuntum ta‘malūn(a).
ayat 105. Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu! Orang yang sesat itu tidak akan memberimu mudarat apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, lalu Dia akan menerangkan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.

 

شَهَادَةُ بَيْنِكُمْ

اٰمَنُوْا

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ

kesaksian di antara kamu

beriman

wahai orang-orang yang

ذَوَا عَدْلٍ

حِيْنَ الْوَصِيَّةِ اثْنٰنِ

اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ

yang adil

pada saat (dia) akan berwasiat, hendaklah (disaksikan) oleh dua orang

ketika salah seorang (di antara) kamu menghadapi kematian

مِنْ غَيْرِكُمْ

اَوْ اٰخَرٰنِ

مِّنْكُمْ

yang berlainan (agama) dengan kamu

atau dua orang

di antara kamu

فِى الْاَرْضِ

ضَرَبْتُمْ

اِنْ اَنْتُمْ

di bumi

dalam perjalanan

jika kamu

الْمَوْتِۗ

مُّصِيْبَةُ

فَاَصَابَتْكُمْ

kematian

bahaya (musibah)

lalu kamu ditimpa

الصَّلٰوةِ

مِنْۢ بَعْدِ

تَحْبِسُوْنَهُمَا

salat

setelah

hendaklah kamu tahan kedua saksi itu

اِنِ ارْتَبْتُمْ

بِاللّٰهِ

فَيُقْسِمٰنِ

jika kamu ragu-ragu

dengan nama Allah

agar keduanya bersumpah

وَلَا نَكْتُمُ

وَّلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۙ

لَا نَشْتَرِيْ بِهٖ ثَمَنًا

dan kami tidak menyembunyikan

walaupun dia karib kerabat

demi Allah, kami tidak akan mengambil keuntungan dengan sumpah ini

لَّمِنَ الْاٰثِمِيْنَ

اِنَّآ اِذًا

شَهَادَةَ اللّٰهِ

termasuk orang-orang yang berdosa

sungguh, jika demikian, tentu kami

kesaksian Allah

Yā ayyuhal-lażīna āmanū syahādatu bainikum iżā ḥaḍara aḥadakumul-mautu ḥīnal-waṣiyyatiṡnāni żawā ‘adlim minkum au ākharāni min gairikum in antum ḍarabtum fil-arḍi fa aṣābatkum muṣībatul-maut(i), taḥbisūnahumā mim ba‘diṣ-ṣalāti fa yuqsimāni billāhi inirtabtum lā nasytarī bihī ṡamanaw wa lau kāna żā qurbā, wa lā naktumu syahādatallāhi innā iżal laminal-āṡimīn(a).
ayat 106. Wahai orang-orang yang beriman, persaksian di antara kamu, apabila telah datang kepada salah seorang (di antara) kamu (tanda-tanda) kematian, sedangkan dia akan berwasiat, adalah dua orang yang adil di antara kamu atau dua orang selain kamu (nonmuslim) jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa musibah kematian. Jika kamu ragu (akan kesaksiannya), tahanlah kedua saksi itu setelah salat agar bersumpah dengan nama Allah, “Kami tidak akan mengambil keuntungan dengan sumpah ini walaupun dia karib kerabat dan kami tidak menyembunyikan kesaksian Allah. Sesungguhnya jika demikian, tentu kami termasuk orang-orang yang berdosa.”

 

اِثْمًا

عَلٰٓى اَنَّهُمَا اسْتَحَقَّآ

فَاِنْ عُثِرَ

dosa

kedua saksi itu berbuat

jika terbukti

مَقَامَهُمَا

يَقُوْمٰنِ

فَاٰخَرٰنِ

kedudukannya

menggantikan

maka dua orang yang lain

فَيُقْسِمٰنِ

عَلَيْهِمُ الْاَوْلَيٰنِ

مِنَ الَّذِيْنَ اسْتَحَقَّ

lalu keduanya bersumpah

dan lebih dekat kepada orang yang mati

yaitu di antara ahli waris yang berhak

اَحَقُّ

لَشَهَادَتُنَآ

بِاللّٰهِ

lebih layak diterima

sungguh, kesaksian kami

dengan nama Allah

 ۖوَمَا اعْتَدَيْنَآ

مِنْ شَهَادَتِهِمَا

dan kami tidak melanggar batas

daripada kesaksian kedua orang itu

لَّمِنَ الظّٰلِمِيْنَ

اِنَّآ اِذًا

termasuk orang-orang zalim

sungguh, jika demikian, tentu kami

Fa in ‘uṡira ‘alā annahumastaḥaqqā iṡman fa ākharāni yaqūmāni maqāmahumā minal-lażīnastaḥaqqa ‘alaihimul-aulayāni fa yuqsimāni billāhi lasyahādatunā aḥaqqu min syahādatihimā wa ma‘tadainā, innā iżal laminaẓ-ẓālimīn(a).
ayat 107. Jika terbukti kedua saksi itu berbuat dosa,*) maka dua orang yang lain menggantikan kedudukannya, yaitu di antara ahli waris yang berhak dan lebih dekat kepada orang yang meninggal, lalu keduanya bersumpah dengan nama Allah, “Sungguh, kesaksian kami lebih layak diterima daripada kesaksian kedua saksi itu, dan kami tidak melanggar batas. Sesungguhnya jika (berbuat) demikian, tentu kami termasuk orang-orang yang zalim.”
*) Berbuat dosa di sini maksudnya adalah melakukan kecurangan dalam persaksiannya yang diketahui setelah dia bersumpah.

 

بِالشَّهَادَةِ

اَدْنٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا

ذٰلِكَ

kesaksiannya

mereka lebih patut memberikan

dengan cara itu

اَنْ تُرَدَّ

اَوْ يَخَافُوْٓا

عَلٰى وَجْهِهَآ

akan dikembalikan

dan mereka merasa takut

menurut yang sebenarnya

اَيْمَانِهِمْۗ

بَعْدَ

اَيْمَانٌۢ

mereka bersumpah

setelah

sumpahnya (kepada ahli waris)

وَاللّٰهُ

 ۗوَاسْمَعُوْا

وَاتَّقُوا اللّٰهَ

dan Allah

dan dengarkanlah (perintah-Nya)

bertakwalah kepada Allah

 ࣖالْفٰسِقِيْنَ

الْقَوْمَ

لَا يَهْدِى

yang fasik

(kepada) orang-orang

tidak memberi petunjuk

Żālika adnā ay ya'tū bisy-syahādati ‘alā wajhihā au yakhāfū an turadda aimānum ba‘da aimānihim, wattaqullāha wasma‘ū, wallāhu lā yahdil qaumal-fāsiqīn(a).
ayat 108. Hal itu lebih dekat untuk membuat mereka memberikan kesaksian yang sebenarnya, atau mereka merasa takut akan dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) setelah mereka bersumpah.*) Bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.
*) Maksud ungkapan ini adalah bahwa sumpah saksi-saksi yang berlainan agama itu ditolak dengan sumpah saksi-saksi yang berasal dari kerabat, atau bisa juga berarti bahwa orang-orang yang bersumpah itu akan mendapat balasan di dunia dan akhirat karena melakukan sumpah palsu.

Sebelumnya <<<

>>> Selanjutnya

ayat 94-100

ayat 109-115