Home
Pendidikan
Sejarah
Pendowo dan Kurowo Sebagai Model untuk Modul Pendidikan
16.2.25

Pendowo dan Kurowo Sebagai Model untuk Modul Pendidikan


PENDOWO DAN KUROWO SEBAGAI MODEL UNTUK MODUL PEPENDIDIKAN.
(Sebuah referensi budaya dalam membangun manusia)

Peradaban masyarakat Jawa salah satunya di tandani dengan adanya gamelan dan wayang. 

Saat Sunan Kalijaga datang untuk mensyiarkan agama Islam salah seorang Wali lokal yang sangat terkenal menggunakan wayang sebagai media dakwah untuk membangun Sumber Daya Manusia pada jamannya. Karena wayang sangat digemari masyarakat Jawa pada saat itu. 

Sunan Kalijaga juga menyesuaikan pendekatannya dengan budaya lokal, sehingga masyarakat dapat menerima ajaran Islam secara Damai. 

Secara perlahan akhirnya Islam dapat di sebarluaskan. 
Bila kita mau menengok lebih dalam pada Wayang ini banyak digunakan “Sanepa” yang sebenarnya adalah pendidikan mendasar bagi setiap manusia.

Kita kenal Pendowo dan Kurowo. beberapa sumber dan literasi menjelaskan bahwa kelompok tersebut menggambarkan dua hal yang berlawanan yang ada dalam kehidupan manusia. 

Inilah beberapa penjelasan dari upaya “ngudari” tentang kelompok Pendowo dan Kurowo.

Keroto boso (akronim) Kurowo adalah Akure howo yang penjelasannya akur karo howo kang ateges ngumbar nepsu ( mengumbar nafsu) karenannya kelompok Kurawa ini digambarkan dengan kelompok yang selalu mengumbar nafsu dalamnkehidupannya, perilakunya di gambarkan sebagai hal yang negatif sebagai wujud ketamakan, rakus, adigang adigung adiguno. 

Sebagian di gambarkan dalam bentuk wayang bermuka rasekso (raksasa) bertaring dan wajahnya merah menggambarkan amarah dan galak.

Sedangkan Pendowo Kerotoboso nya dari ngepenke sing dowo, yang berarti setiap perbuatan di dasarkan pada hati yang ikhlas, berpikir panjar dan hati yang sabar. kelompok ini di gambarkan sebagai kelompok bermoral yang akan dapat mengatasi ke angkara murkaan.

Satu hal yang menarik, meskipun Pendowo digambarkan sebagai kelompok yang baik, bermoral, berakhlak, tetap saja perlu di pelihara agar tidak terpancing oleh nafsu dan keangkara murkaan. 

Oleh karena itu, Pendowo di among oleh Pono kawan dimana SEMAR adalah yang terdepan.

Demikian juga denga SEMAR, dalam beberapa sumber menyebutkan SEMAR juga memiliki makna hakiki dalam pendidikan kehidupan manusia, agar dapat mengendalikan nafsu yaitu: 
- S : Sasmita
- E : Eling
- M : Murih
- A : Adil ing
- R : Rasa

Jika di Panjangkan Sasmita, Eling Murih ing Adiling Rasa: 

berusah untuk belajar dan tanggap dan selalu ingat dan waspada agar berbuat Adil dan tidak mengumbar hawa nafsu (ora ngumbar kanepson)

Semar disebutkan sebagai batur (pembantu) nya Pandowo yang selalu memberi Pemut (ajaran kebaikan) oleh karena itu Semar juga di beri nama ISMAYA. 

Sama halnya dengan Semar, ISMAYA juga memiliki kepanjangan yeng mengarah kepada pendekatan keimanan dan moral. 
- I : Iman dan Ikhlas
- S : Sabar
- M : Menembah
- A : Allah
- Y : Yang Maha
- A : Agung ( Besar)

Penggabungan Singakatan di atas bermakna bahwa setiap manusia agar dapat hidup baik dan bahagia sesuai kodratnya harus memiliki Keimanan dan hati yang ikhlas untuk bertaqwa kepada Allah Yang Maha Besar. 

Maka hal itulah pada dasarnya yang hakiki sebagai jalan kebenaran yang harus diikuti manusia.

Inilah sepenggal pemahaman tentang bagaimana luhurnya budaya Indonesia yang dibawakan oleh para Wali. Sungguh penggambaran tentang manusia dimediakan melalui kearifan lokal. 

Sebuah metode pendidikan kepada masyarakat yang saat itu belum ada sekolah, namun mereka dengan penuh keikhlasan berusaha membangun Akhlak Manusia agar menjadi bermartabat. 

Meski masih tradisionil, namun modal utama membentuk manusia dengan keutamaanya agar lebih beradab telah di jalankan oleh mereka yang memang memiliki kepedulian untuk membangun manusia seutuhnya. tidak ada bayaran ataupun honor, dan tanpa pamrih. 

Penulis : Karo Bindiklat Lemdiklat Polri, Brigjen Pol. Dr. Susilo Teguh Raharjo
(Str: 16.02.25)

No comments